Jurnal Tindakan Keperawatan Gawat Darurat.pdf _BEST_
DOWNLOAD ::: https://tiurll.com/2tyIGR
Tindakan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien dengan Diagnosa Medis Dyspepsia
Dyspepsia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan nyeri atau rasa tidak nyaman di bagian atas perut. Dyspepsia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS), stres, kebiasaan makan yang tidak sehat, dan lain-lain. Dyspepsia dapat menimbulkan komplikasi seperti ulkus peptikum, perdarahan saluran cerna, dan kanker lambung jika tidak ditangani dengan tepat.
Pasien dengan dyspepsia dapat datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman di bagian atas perut yang berlangsung lebih dari 4 minggu, mual, muntah, kembung, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun. Pasien dengan dyspepsia dapat memiliki tingkat kegawat daruratan yang berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, dan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pasien dengan dyspepsia dapat diklasifikasikan menjadi tiga prioritas triase, yaitu merah (gawat darurat), kuning (darurat), dan hijau (tidak darurat).
Tindakan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan dyspepsia bertujuan untuk mengurangi nyeri atau rasa tidak nyaman di bagian atas perut, mencegah atau mengatasi komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tindakan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan dyspepsia meliputi:
Menilai tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, dan tingkat kegawat daruratan pasien.
Memberikan oksigen sesuai indikasi.
Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, elektrolit, ureum, kreatinin, asam urat, glukosa darah sewaktu, enzim hati, amilase, lipase, dan tes urea breath test (UBT).
Melakukan pemeriksaan fisik abdomen untuk menilai adanya distensi, nyeri tekan, nyeri lepas tekan, rebound tenderness, dan tanda-tanda peritonitis.
Melakukan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi saluran cerna atas (EGD), ultrasonografi (USG) abdomen, dan computed tomography (CT) scan abdomen sesuai indikasi.
Memberikan obat-obat sesuai resep dokter, seperti antasida, inhibitor pompa proton (IPP), antagonis reseptor H2 (H2RA), prokinetik gastrointestinal (GI), antibiotik (jika ada infeksi H. pylori), analgesik (jika ada nyeri), dan antiemetik (jika ada mual atau muntah).
Mengatur diet pasien sesuai kondisi dan kebutuhan nutrisi pasien.
Mengajarkan pasien tentang penyebab, gejala, komplikasi, pengobatan, dan pencegahan dyspepsia.
Mengkaji efektivitas tindakan keperawatan gawat darurat yang telah dilakukan.
Mengkoordinasikan rujukan atau rawat inap pasien sesuai kebutuhan.
Tindakan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan dyspe
Dyspepsia fungsional adalah dyspepsia yang tidak ditemukan penyebab organiknya setelah dilakukan pemeriksaan yang memadai. Dyspepsia fungsional dapat dibagi menjadi dua sindrom, yaitu sindrom nyeri epigastrium dan sindrom gangguan pasca makan. Namun, pembagian ini tidak selalu bermanfaat atau diperlukan dalam praktik klinis. 3
Sindrom nyeri epigastrium ditandai oleh:
Nyeri atau rasa terbakar di bagian atas perut yang mengganggu satu atau lebih hari per minggu selama tiga bulan terakhir
Gejala yang telah berlangsung selama enam bulan atau lebih
Sindrom gangguan pasca makan ditandai oleh:
Rasa penuh tidak nyaman setelah makan atau kenyang cepat (tidak dapat menyelesaikan porsi makan normal) sehingga mengganggu aktivitas biasa pada tiga atau lebih hari per minggu selama tiga bulan terakhir
Gejala yang telah berlangsung selama enam bulan atau lebih
Penyebab dyspepsia fungsional tidak diketahui dengan pasti. Dyspepsia fungsional disebut sebagai gangguan "fungsional" karena tidak ada kelainan fisik yang dapat ditemukan pada pemeriksaan. Namun, diduga bahwa dyspepsia fungsional dapat disebabkan oleh gangguan pada cara kerja lambung. Lambung dan diafragma (otot yang memisahkan dada dan perut) biasanya akan rileks setelah makan. Hal ini penting untuk memberi ruang bagi makanan dan proses pencernaan. Pada orang dengan dyspepsia fungsional, perubahan otot normal setelah makan mungkin tidak terjadi sebagaimana mestinya. Hal ini dapat menyebabkan gejala kembung, nyeri ulu hati, atau rasa kenyang. 1
Cara Mengobati Gejala Dyspepsia Dyspepsia dapat diobati dengan beberapa jenis obat-obatan. Ini termasuk obat-obatan tanpa resep (OTC) dan resep dokter. 2 Antidepresan Obat-obatan yang disebut antidepresan dapat memiliki efek pada sistem saraf dan sistem pencernaan. Mereka dapat membantu merilekskan otot-otot yang terlibat dan mengurangi gejala dyspepsia. 061ffe29dd